Tuntutlah Ilmu Syar'i, Mengapa Dan Bagaimana?
Bismillah
Segala puji bagi Allah Ta'ala atas segala nikmatNya, Dialah yang berfirman dalam surah azzumar ayat ke 9:
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ
"Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran" [Qs Az Zumar 39:9].
Shalawat dan salam untuk Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam yang telah membawa ummatnya dari kegelapan-kegelapan menuju cahaya ilmu, beliaulah yang bersabda sebagaimana tercantum dalam kitab shahih al bukhari dan shahih muslim rahimahumallah:
مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
"Siapa yang Allah kehendaki baik pada dirinya maka Allah akan pahamkan padanya dalam urusan agama" [HR Al Bukhari 3116 dan Muslim 1037].
Saudara saudariku seiman...
Bertaqwalah kepada Allah Ta'ala dan menuntut ilmulah ilmu syar'i yaitu ilmu tentang syari'at islam kita karena sesungguhnya ilmu itu adalah cahaya dan petunjuk, adapun kebodohan adalah kegelapan dan kesesetan, Allah Ta'ala berfirman dalam surah al an-'am ayat 122:
أَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِنْهَا
Dan apakah orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan dan Kami beri dia cahaya yang membuatnya dapat berjalan di tengah-tengah orang banyak, sama dengan orang yang berada dalam kegelapan, sehingga dia tidak dapat keluar dari sana? [Qs Al An-'am 6:122].
Tuntutlah ilmu yang Allah Ta'ala turunkan kepada RasulNya shallallahu 'alaihi wasallam berupa wahyu, sebab para ahlu ilmu adalah pewaris para Nabi, sedangkan mereka tidak mewariskan dinar dan dirham, tapi hanya ilmu, barangsiapa yang mengambilnya maka dia telah mengambil bagian yang banyak dari warisan mereka, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam sunan abu dawud, sunan at tirmidzi, dan sunan ibnu majah rahimahumullah dengan derajat hadits shahih:
وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
"Para ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya maka telah mengambil bagian yang banyak" [HR Abu Dawud 3641, At Tirmidzi 2682, dan Ibnu Majah 223].
Tuntutlah ilmu syar'i karena dengannya diangkatnya derajat seseorang di sisi Allah Ta'ala, sebagaimana firmanNya dalam surah al mujadilah ayat ke 11:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Allah mengangkat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kalian kerjakan" [Qs Al Mujadilah 58:11].
Tuntutlah ilmu syar'i lagi bermanfaat dan ajarkanlah sebab pahalanya akan mengalir meskipun pemiliknya telah meninggal dunia, Nabi yang mulia shallallahu 'alaihi wasallam bersabda sebagaimana termaktub dalam shahih al bukhari dan shahih muslim rahimahumallah:
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
"Apabila salah seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah segala amalannya kecuali tiga perkara; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfa'at baginya dan anak shalih yang selalu mendoakannya." [HR Al Bukhari 1337 dan Muslim 1631]
Perhatikanlah apa yang telah ditinggalkan oleh ahlu ilmu -yang telah meninggal dunia- dari ilmu mereka, mereka mengajarkan kepada murid-muridnya dan menuliskan ilmu sehingga sampai saat ini kita masih merasakan ilmu mereka, seakan-akan mereka masih hidup, manusiapun mendoakan mereka dengan doa kebaikan ketika disebut nama mereka.
Saudara saudariku seiman...
Tuntutlah ilmu sedikit demi sedikit dan setahap demi setahap agar ilmu yang kita perolah dapat tertanam dengan baik di hati kita, itulah sebab mengapa al quran tidak turun sekaligus kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, tapi sedikit demi sedikit dan setahap demi setahap, sebagaimana firman Allah Ta'ala dalam surah al furqan ayat ke 32:
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً ۚ كَذَٰلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ ۖ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا
Dan orang-orang kafir berkata, “Mengapa Al-Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus?” Demikianlah, agar Kami memperteguh hatimu (Muhammad) dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (berangsur-angsur, perlahan dan benar)" [Qs Al-Furqan 25:32].
Tuntutlah ilmu itu terus menerus, dan jangan lupa mengamalkannya semampunya, karena sungguh buruk perumpamaan yang berilmu tanpa beramal, firman Allah Ta'ala dalam surah al jumuah ayat 5:
مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا ۚ بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ ۚ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
"Perumpamaan orang-orang yang diberi tugas membawa Taurat, kemudian mereka tidak membawanya (tidak mengamalkannya) adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Sangat buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim." [Qs Al-Jumu'ah 62:5]
Orang-orang yang berilmu tapi tidak beramal, mereka seperti yahudi yang Allah Ta'ala murkai, dan beramal tanpa berilmu seperti nasrani yang sesat, sebagaimana dalam surah al fatihah ayat terakhir:
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai (yahudi berilmu tanpa beramal), dan bukan mereka yang sesat (nasrani beramal tanpa ilmu).
[Qs Al-Fatihah 1:7]
Demikianlah yang kami sampaikan kepada saudara saudariku seiman, semoga bermanfaat bagi diri kami dan bagi semuanya.
WaLlahu Ta'ala A'lam
✒ Sayyid Syadly, Lc